Jum’at 22 April 2016 merupakan hari
yang bersejarah bagi saya. Tepat pada hari itu, kandidat terpilih program
Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2016 diumumkan. Malam sebelumnya melalui
akun facebook Sahabat PCMI Bengkulu, ada 12 nama yang dinyatakan masuk 12 besar
PPAN. 12 peserta diminta untuk datang ke Dispora mengikuti seleksi wawancara
akhir. Saya merasa sangat bersyukur ketika mengetahui bahwa nama saya tertera
diantara 12 nama tersebut. Saat itu saya
langsung memohon doa restu dari kedua orang tua saya. Ada harapan yang besar agar bisa terpilih
sebagai kandidat utama tahun ini, mengingat ini adalah kali kedua bagi saya
mengikuti seleksi PPAN. Saya pernah gagal pada seleksi tahun 2015, namun
saya tidak patah semangat. Kegagalan
tersebut menjadi pelecut bagi saya untuk belajar lebih banyak lagi.
Namun dengan harapan yang ada, saya tetap menyerahkan semuanya kepada Allah
SWT. Saya berjanji pada diri saya untuk menerima apapun hasilnya nanti,
dinyatakan lolos ataupun tidak itu adalah keputusan terbaik dari Allah, kita
hanya bisa berusaha dan berdoa namun Allah lah yg menentukan hasilnya. Bagi
saya, bisa mengikuti seleksi PPAN merupakan suatu hal yang luar biasa. Ada
begitu banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang saya dapatkan selama
seleksi, saya mendapatkan banyak ilmu pengetahuan baru, perspektif baru dan
bertemu keluarga baru, para pemuda hebat Bengkulu yang sudah banyak mengukir
prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Alhamdulillah berkat doa dari orang
tua, keluarga dan sahabat, saya dinyatakan lolos sebagai kandidat terpilih
program ASEAN Students Visit India (ASVI), bersama dengan 3 orang sahabat saya
yaitu Desi Aprianti sebagai kandidat terpilih AIYEP, Naeyza Islamey Ningrum
sebagai kandidat terpilih IChYEP, dan Adi Idham Siregar sebagai kandidat
terpilih IKYEP.
Setelah dinyatakan lolos sebagai
kandidat terpilih PPAN 2016, tepat pada tanggal 7 Mei kami mengikuti masa PPDT
(Pra-Pre Departure Training). PPDT ini dilaksanakan selama 2 bulan sebanyak 16
kali pertemuan. Di awal PPDT saya
merasa sangat tertekan dan minder. Setiap minggu selama PPDT, kami diminta
untuk menghapalkan beberapa tarian nusantara dan kemudian ditampilkan. Hal
inilah yang membuat saya merasa tertekan karena diantara kami berempat, hanya saya yang benar-benar tidak bisa
menari. Sementara ketiga teman lain, Adi, Desi, dan Naeyza sudah bisa menari
dan cukup mudah bagi mereka untuk menggerakkan tubuh ketika menari. Hal ini
sangat kontras dengan saya, saat itu saya selalu mengalami kesulitan ketika
ingin menggerakkan tubuh, juga saya merasa sulit untuk menghapal gerakan secara
cepat.
Rasa tertekan tersebut bertambah parah mengingat
saat itu saya sedang dikejar deadline sidang skripsi. Betapa tidak, saya selalu
teringat pesan orang tua dan keluarga untuk segera wisuda. Dalam kondisi
seperti itu, awalnya ada rasa ingin menyerah. Sempat terlintas di benak saya
untuk mengorbankan salah satu, yaitu menunda sidang skripsi. Namun, disaat
seperti itu, pesan kedua orang tua selalu terlintas di benak saya dan teman sekelaspun satu persatu meraih gelar
S.Pd mereka. Pada saat itu saya memutuskan untuk tidak mengorbankan skripsi.
Saya harus segera sidang dan mendapat gelar impian saya menyusul teman-teman
yang lain sesuai keinginan orang tua dan keluarga. Saya menanamkan dalam batin
saya bahwa saya harus segera wisuda.
Disisi lain, selama PPDT berlangsung para senior
PCMI dan juga teman-teman selalu mendorong saya untuk bisa menari. Mereka
dengan sabar mengajarkan saya, mereka mencontohkan setiap detail gerakan sampai
saya bisa. Saya merasa sangat bersyukur karena kakak-kakak senior dan
teman-teman sangat peduli dengan saya, tak ada satupun dari mereka yang meremehkan
saya. Hal inilah yang memotivasi saya untuk lebih semangat dalam latihan. Salah
seorang senior pernah berkata “Lia, kamu harus latihan lebih banyak dari
teman-teman yang lain ya, kalo teman mu latihan satu kali dalam sehari, kamu
harus latihan dua kali atau lebih”. Saya selalu ingat pesan senior tersebut,
sejak saat itu saya menambah frekuensi latihan saya yang hanya satu kali
menjadi tiga kali dalam sehari. Sayapun mulai membagi waktu kapan saya harus
mengerjakan skripsi, bimbingan, membantu kakak dan juga latihan.
Awalnya, cukup sulit bagi saya membagi waktu
tersebut, namun dengan niat dan tekad yang kuat, pada akhirnya tepat pada
tanggal 24 Juni 2016 alhamdulillah saya melaksanakan sidang skripsi dengan
lancar. Selain itu, sayapun sudah bisa menari, saya tidak mengalami kesulitan
lagi dalam menggerakkan tubuh serta saya sudah mulai cepat menangkap gerakan.
Satu hal yang saya pelajari bahwa jangan pernah memutuskan untuk menyerah,
karena bisa jadi keberhasilan kita itu tinggal beberapa langkah lagi di depan
kita. Dan selalu tanamkan dalam benak kita bahwa “Impossible is nothing”. Kita
bisa melakukan dan meraih apapun yang kita mau selama kita mau berusaha.
Masa PPDT pun telah berakhir, namun efeknya masih
membekas dalam diri saya. 2 bulan terasa terlalu singkat bagi saya untuk
belajar bersama dan berbagi cerita, canda, tawa dan tangis bersama senior yang
telah mengorbankan waktu dan tenaga untuk mengajarkan kami. Ingin sekali
rasanya mengulang PPDT lagi meskipun ada duka ketika PPDT namun lebih banyak
sukanya. Kami “Batch 2016” menamai batch kami dengan sebutan “The Pinkers”. Selama 2 bulan PPDT kami selalu menghabiskan
waktu bersama, hampir setiap sore kami berkumpul untuk berdiskusi , mengerjakan
tugas PPDT dan latihan menari bersama-sama.
Bagi saya PPDT adalah wadah bagi saya
untuk mengenali diri. Selama PPDT inilah saya belajar untuk berani melihat
kekurangan diri sendiri dan kemudian terus menerus memperbaikinya. Sayapun
belajar menjadi open minded person.
Selama PPDT saya menyadari akan kekurangan saya terutama dalam hal menari. Oleh
karena itu, ada begitu banyak saran, masukan ataupun kritik yang diberikan
kepada saya agar saya bisa menari. Dengan menjadi open minded person, sayapun menerima semua saran, masukan dan
kritikan tersebut dengan hati yang senang tanpa ada rasa beban. Pada akhirnya,
hal ini memberikan dampak positif bagi saya. Dengan mempraktekkan semua saran
dan masukan yang diberikan, saat ini saya sudah bisa menari meskipun pada
awalnya saya benar-benar tidak bisa menari. Hal ini membuktikan bahwa kita bisa
berubah menjadi lebih baik, ketika kita punya keberanian untuk melihat
kekurangan diri kita dan terus menerus memperbaikinya.
![]() |
Foto saat kami menampilkan 1 hour performance saat PPDT |
Lia Haryana
ASVI 2016
No comments:
Post a Comment